Selasa, 04 Agustus 2009

SOGI, DESA KAYA DI SELATAN WAJO

Desa Sogi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Seperti namanya, Maniangpajo yang berasal dari kata Maniang: selatan dan Pajo berarti Wajo dalam bahasa bugis, memang secara geografis berada diwilayah paling selatan Kabupaten Wajo. Desa Sogi ini dapat ditempuh sejauh tujuh kilometer dari Poros Kelurahan Anabanua, yang berlokasi sekitar 25 Kilometer dari kota Sengkang. Sogi yang dalam bahasa bugis berarti kaya, pada kenyataannya memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Selain itu, terdapat juga kekayaan agro dan obyek wisata lain yangz menarik.





Desa Sogi terdiri atas tiga dusun yaitu, Lawatanae, Watakkalola dan Dakkae. Desa yang mencakup wilayah seluas 1.124 ha ini didiami oleh penduduk sekitar 1.282 jiwa yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Desa ini masih didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan yang juga menjadi sumber penghidupan warga desa Sogi. Adapun hasil perkebunan yang paling menonjol adalah coklat, jeruk nipis dan jagung. Selain itu kehadiran Waduk Kalola yang membendung sebuah danau buatan ini turut pula dimanfaatkan untuk perdagangan ikan air tawar diantaranya mujair dan mas yang rata-rata hasilnya mencapai 25-50 ton per tahunnya serta ikan gabus yang mencapai 10 ton pertahunnya. Sayangnya, desa yang potensi alamnya sangat besar ini belum diikuti dengan kualitas SDM yang memadai, hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan lembaga pendidikan yang representatif. Meskipun demikian kesadaran akan pentingnya melanjutkan pendidikan cukup mendapat perhatian terbukti dengan banyaknya pemuda-pemudi desa yang rela bersekolah jauh dari desa mereka.

Obyek Wisata

A. Waduk Kalola



Waduk yang menjadi salah satu kunjungan wisata di desa Sogi ini didirikan 14 tahun lalu, tepatnya mulai 18 Agustus 1992 hingga 20 Desember 1995. Waduk yang merupakan proyek irigasi bila ini didanai oleh Oversias Economic and Cooperation Fund (OECF) yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan diantaranya Nippon Koei.co.ltd, PT Indah Karya, PT Dacrea, dan PT Bina Karya. Type Dam, Zoned fill type dengan kapasitas mencapai 70 juta meter kubik. Alasan didirikannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya luapan danau yang tiap tahunnya membanjiri pemukiman dan areal pertanian penduduk juga untuk kebutuhan irigasi dengan luas daerah jangkauan 7.006 ha dan saluran primer sepanjang 2.500 meter. Disekitar waduk juga dapat ditemui pemandangan hutan lindung yang tidak kalah indahnya, hutan lindung yang berada disepanjang aliran sungai irigasi ini sebagian besar didominasi oleh pohon Mahoni yang tetap dijaga kelestariannya oleh penduduk. Disamping itu dirintis pula proyek penghijauan dengan rencana penanaman 500 pohon mangga yang akan dimulai awal Agustus 2009 ini. `

B. Kolam Renang Kalola

Kolam Renang Kalola yang berada diantara perbukitan dan danau buatan ini memiliki pesona alam tersendiri. Lokasinya yang tepat berada diseberang waduk dapat diakses melalui darat maupun dengan pemanfaatan sarana penyeberangan seperti perahu. Kolam renang ini didirikan semenjak tahun 1997 yang berada dibawah pertanggungjawaban Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Porabudpar) Kabupaten Wajo.







Pada tahun ini (2009) kolam renang Kalola dirawat/dikelola oleh tujuh orang, Sayangnya, belum terpenuhinya budget khusus pengelolaan menjadi masalah pelik yang kontraproduktif dengan upaya pengembangan wisata. Untuk dapat menikmati prasarana kolam renang ini pengunjung tidak membutuhkan biaya mahal, cukup membayar retribusi sebesar 1.500 rupiah. Sementara itu disediakan juga pemondokan yang per malamnya disewakan seharga 50 ribu rupiah. Sejauh ini pengunjungnya bukan saja datang dari masyarakat sekitar Sogi akan tetapi juga berasal dari luar daerah.





C. Makam Wisata

Areal pemakaman yang tidak jauh dari kantor Desa Sogi ini memiliki daya tarik tersendiri. Pemakaman tua yang kira-kira berusia 400 tahun ini, dipercaya oleh warga merupakan makam penduduk pertama di desa Sogi menjadikan lokasi ini tidak pernah sepi didatangi oleh masyarakat yang memiliki wejangan. Dalam komplek pemakaman yang tidak begitu luas ini terdapat sebuah makam yang diakui penduduknya sebagai makam seorang raja. Puang Massora (Raja yang berasal dari Tosora), begitu penduduk menyebutnya. Makam-makam yang dirumahkan ini dipercaya dapat meluluskan beberapa permintaan sehingga untuk makam Puang Massora sendiri dikenakan tarif pemotongan kurban. Menariknya, ada sebuah pohon asam di areal itu yang digunakan untuk memajang plat kendaraan, konon kabarnya plat kendaraan tersebut merupakan bukti terpenuhinya wejangan para peziarah makam.















5 komentar: